Sabtu, 07 Mei 2016

Aktivis Pinggiran

Cikal Bakal Terorisme dan Radikalisme

Jakarta, NU Online
Kombes Pol Rikwanto menyebut cikal bakal dari terorisme dan radikalisme adalah ketiadaan sikap toleransi terhadap sesama. Dalam seminar nasional yang diselenggarakan PP IPPNU, Rikwanto mengatakan, dari sikap intoleransi ini pada tingkat ekstremnya melahirkan paham radikal dan paham terror.

“Cikal bakal radikalisme itu dimulai dari intoleransi,” kata Rikwanto dalam seminar bertajuk Youth: Terorism dan Tolerance di Pusat Kebudayaan Amerika, Lantai 3 Gedung Pacific Place, Jakarta Kamis, (14/4).

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa salah satu cara para teroris melakukan kaderisasi adalah cuci otak. Menurutnya, ada oknum-oknum tertentu yang mengintai dan mengawasi orang yang dianggap memiliki potensi dan kecenderungan untuk bergabung bersama kelompok radikal.

“Jadi dari intoleransi, radikalisme kemudian muncul terorisme. Inilah problematika bangsa kita,” jelasnya.
Terorisme, lanjut Rikwanto, memiliki dampak besar antara lain merosotnya kewibawaan negara, melemahnya sendi perekonomian, dan merebaknya intoleransi dalam hidup berbangsa dan bernegara.

“Menurut ahli-ahli di luar negeri, seharusnya Indonesia sudah terpecah belah. Negara Papua sendiri, Sulawesi sendiri, Sumatera sendiri. Kita tidak pecah karena masih ada orang-orang baik di kita dan Tuhan belum meridhai, tapi potensi untuk pecah besar sekali kita,” kata laki-laki yang pernah menjabat sebagai Kapolres Klaten tersebut.

Sementara narasumber lainnya H As’ad Said Ali menilai bahwa gerakan terorisme dan radikalisme bukanlah masalah agama, tapi masalah politik. “Ada pesantren menjadi tempat terorisme itu salah. Karena pesantren NU, Muhammadiyah, Persis dan lainnya itu tidak ada yang mengajari santri (untuk menjadi) teroris,” ungkapnya.

As’ad mengatakan bahwa ada permasalahan yang lebih besar yaitu intoleransi. “Terorisme sebenarnya masalahnya lebih kecil, ada masalah yang lebih besar yaitu hancurnya toleransi,” jelas mantan Wakil Kepala BIN ini.
 
“Pertama memang terorisme harus dihancurkan lebih dulu. Kedua, kelompok yang berpaham radikal. Tidak semua yang radikal pakai teroris, tapi (menggunakan jalan) politik. Inilah mereka yang menghendaki negara di luar Pancasila. Ini yang bikin radikal,” lanjutnya.

Untuk meredam itu semua, As’ad  mengajak masyarakat Indonesia untuk kembali pada nilai-nilai keindonesiaan, Pancasila, dan Islam moderat. (Muchlishon Rochmat/Alhafiz K)

Sumber : http://ippnu.or.id

Aktivis Pinggiran

About Aktivis Pinggiran

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :