Senin, 01 November 2021

Pelajar NU NGT

Ngaji kitab Risalah Ahlusunah Waljamaah karya Hadratus Syaikh KH. Hasyim As'ary

Segala puji bagi Allah syukur atas karunianya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. dan keluarganya.
Selanjutnya, dalam kitab ini saya muatkan sedikit hadits-hadits tentang kematian, tanda-tanda kiamat, dan sedikit penjelasan tentang sunah dan bid'ah, dan beberapa hadits-haditsnya, supaya bisa menjadi nasehat.
Dan kepada Allah aku tengadahkan tanganku agar diberikan kemanfaatan atas kitab ini untuk diriku dan orang-orang yang sepadan denganku dari kaum awam.
Dan semoga Allah menjadikan ilmuku ikhlas karena-Nya. Dan sesungguhnya Dia-lah yang maha pemurah, pengasih dan penyayang.

 1. Muqaddimah (Pengantar)


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ شُكْرًا عَلَى نَوَالِهِ, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَﺁلِهِ, وَبَعْدُ, فَهَذَا كِتَابٌ أَوْدَعْتُ فِيْهِ شَيْئًا مِنْ حَدِيْثِ الْمَوْتَى وَأَشْرَاطِ السَّاعَةِ, وَشَيْئًا مِنَ الْكَلَامِ عَلَى بَيَانِ السُّنَّةِ وَالْبِدْعَةِ, وَشَيْئًا مِنَ الْأَحَادِيْثِ بِقَصْدِ النَّصِيْحَةِ, وَالَى اللهِ الْكَرِيْمِ أَمُدُّ اَكُفَّ الْاِبْتِهَالِ, أَنْ يَنْفَعَ بِهِ نَفْسِيْ وَأَمْثَالِيْ مِنَ الْجُهَّالِ, وَأَنْ يَجْعَلَ عَمَلِيْ خَالِصًا لِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ, إِنَّهُ جَوَادٌ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ, وَهَذَا أَوَانُ الشُّرُوْعِ فِي الْمَقْصُوْدِ, بِعَوْنِ الْمَلِكِ الْمَعْبُوْدِ .

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah, sebagai sebuah ungkapan rasa syukur atas segala anugerahNya. Rahmat ta’dzim dan salam mudah-mudahan terlimpahcurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. dan seluruh keluarga beliau.

Apa yang akan hadir dalam kitab ini, saya tuturkan beberapa hal antara lain: Hadits-hadits tentang orang-orang yang mati, tanda-tanda hari kiamat, penjelasan tentang sunnah dan bid’ah dan beberapa hadits yang berisi nasehat-nasehat agama.

Kepada Allah, Dzat Yang Maha Mulia kutengadahkan telapak tangan, kuberdoa dengan sepenuh hati, kumohonkan agar kitab ini memberikan manfaat untuk diri kami dan orang-orang bodoh semisal kami. Mudah-mudahan Allah menjadikan amal kami sebagai amal shalih Liwajhillahil Karim, karena Ia lah Dzat Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan segala pertolongan Allah Dzat yang disembah, penyusunan kitab ini dimulai.

Catatan :
Pertama, Mbah Hasyim memulai kitab ini dengan bacaan basmalah karna ittiba' pada Kitab Al-Quran karim dan bahwasanya di jelaskan pula oleh Nabi SAW bahwa hendaknya seorang Muslim mengawali sesuatu dengan basmalah 
Rasulullah SAW bersabda:
 «كُلُّ أَمْرٍ لَا يُبْدَأُ فِيهِ بِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فَهُوَ أَجْذَمُ » 
Setiap perkara yang tidak dimulai dengan bacaan bismillahir rahmanir rahim, maka perkara itu kurang sempurna".
كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله فهو أبتر
Segala urusan penting yang tidak diawali bismillah, maka akan berkuran (atau bahkan hilang) keberkahannya. (HR. Ibnu Hibban)
Kedua, Setelah membuka kitabnya dengan basmalah (menyebut nama Allah), Mbah Hasyim melanjutkannya dengan hamdalah (memuji Allah), karena mengikuti kitab Allah dan mengamalkan hadis Nabi “setiap perkara penting (menurut syar’i) yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmaanirrahiim’, maka terputus keberkahannya”  dalam riwayat lain yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud “setiap perkara penting (menurut syar’i) yang tidak dimulai dengan  ‘alhamdulillah’ maka terputus keberkahannya”. Dari dua riwayat tersebut muncul pertanyaan, apakah kedua hadits tersebut tidak bertentangan?, bukankah akan menimbulkan kesan saling meniadakan satu sama lain, misalnya saja ketika seseorang mengamalkan hadits basmalah maka ia tidak perlu lagi mengamalkan hadits hamdalah atau sebaliknya. Pengarang kitab yakni, Mbah Hasyim menggabungkan basmalah dan hamdalah pada permulaan (ibtida) kitabnya karena mengamalkan kedua riwayat tersebut dan memberikan isyarat atau menunjukkan kepada kita bahwa kedua hadits tersebut tidak bertentangan satu sama lain. Hal tersebut karena Ibtida terbagi menjadi dua, ibtida haqiqi dan ibtida idhafi. Ibtida haqiqi merupakan permulaan yang tidak boleh didahului oleh kalimat lain sedangkan ibtida idhafi merupakan permulaan yang boleh didahului oleh kalimat lain, bahkan ada ulama yang berpendapat ibtida idhafi harus didahului oleh kalimat lain, sehingga teranglah bagi kita bahwa hadits basmalah dan hamdalah tidak bertentangan satu sama lain dan keduanya independen tidak terikat satu sama lain dalam menghasilkan keberkahan. 

Kalimat Alhamdulillah berasal dari hamidtu hamdallaahi (aku memuji dengan pujian terhadap Allah) kemudian kata kerja (hamidtu) pada kalimat tersebut dibuang diganti dengan kata setelahnya yaitu kata hamda,lalu dibubuhi alif lam yang menunjukkan kontinuitas dan diharakati dhammah pada huruf dal nya sehingga menjadi alhamdulillah. Alif lam yang melekat pada alhamdu merupakan al lil istigraaqil jinsi yang berarti segala bentuk pujian itu milik Allah. Ada empat macam bentuk pujian, pujian Allah terhadap diri-Nya, hal demikian merupakan suatu kepantasan bagi Allah sebagai Tuhan alam semesta, dan  hanya Allah yang berhak sombong, Allah berfirman “Allah sebaik-baiknya pengurus dan penolong” (QS Al-Hajj:78), pujian Allah terhadap makhluk-Nya, sebagaimana Allah memuji Nabi Ayub dalam surat shad ayat 44, pujian makhluk terhadap Allah dan pujian makhluk terhadap makhluk.

Hamd secara bahasa berarti pujian yang sempurna. Dalam bahasa arab terdapat kata yang serupa dengan hamd yaitu madh. Imam Fakhruddin ar-Razi di dalam kitab Mafatihil Ghaib atau yang lebih dikenal dengan Tafsir Al-Kabir menguraikan perbedaan kedua kata tersebut, menurutnya kata madh biasa digunakan untuk sesuatu yang mati (benda mati) dan sesuatu yang hidup seperti ketika seseorang melihat intan yang sangat indah lalu memujinya, berbeda dengan hamd yang digunakan hanya bagi sesuatu yang hidup, sehingga dapat dikatakan madh lebih umum dibandingkan hamd, kata hamd juga merupakan ungkapan yang menunjukkan atas beragam anugerah sedangkan hamd hanya anugerah tertentu yaitu anugerah kebaikan dan kenikmatan, madh diungkapkan  sebelum dan setelah terjadinya suatu kebaikan sedangkan hamd diungkapkan setelah terealisasinya kebaikan, madh terkadang dilarang, hal tersebut sesuai dengan hadits “siramkanlah pasir pada wajah orang-orang yang memuji (maddahiin)” sedangkan hamd  diperintahkan secara mutlak. Huruf lam (harful jar) pada kata lillah memiliki beberapa makna diantaranya yaitu lil ikhtishas (pengkhususan), lil milki (kepemilikan), dan lil isti’la (penguasaan). Ketiga makna tersebut layak disandingkan dengan kata Allah, segala pujian itu khusus bagi Allah karena agungnya Allah dan banyaknya anugerah dan kebaikan Allah, segala pujian itu milik Allah karena Allah Pemilik dari segala pemilik, segala pujian itu dikuasai oleh Allah karena Allah Penguasa dari segala penguasa.

Eksistensi terbagi menjadi dua, eksistensi yang wajib adanya dan eksistensi yang mungkin adanya. Eksistensi yang wajib adanya yaitu Dzat Allah (rabb) sedangkan selain Dzat Allah maka  termasuk kedalam eksistensi yang mungkin adanya atau dinamakan dengan alam semesta (‘aalamiin), dinamakan demikian karena segala sesuatu yang ada selain Allah menunjukkan adanya Allah.  Allah adalah rabb yang memiliki dan mengurusi alam semesta hingga bagian yang paling terkecil (seperti quark dan super-string) dari alam semesta, Allah merupakan rabb yang mengurusi proses terjadinya manusia dari mulai setetes air mani hingga menjadi manusia sempurna, Allah adalah rabb yang mengatur dan mengurus benda-benda langit sehingga tidak bertabrakan satu sama lain dan menjadi harmoni. Tidak mungkin jika tidak ada sesuatu kekuatan besar, yaitu pengawasan ilahi yang menjaga keharmonisan benda-benda langit yang tersebar di angkasa dengan jarak yang cukup jauh, sehingga gravitasi internal tidak menarik benda-benda tersebut menjadi satu masa yang besar. Adanya alam semesta merupakan tanda adanya Allah dan ke-Esa-an Allah

Ibnu Mu’taz berkata:

“fayaa ‘ajaban kayfa ya’shil ilaah           am kayfa yajhaduhul jaahid

Wa fii kulii syai in lahu aayah                      tadullu ‘alaa annahu waahid”

Maka sungguh mengherankan bagaimana seseorang bisa maksiat kepada Tuhan, atau bagaimana ia bisa mengingkari-Nya, padahal dalam tiap sesuatu terdapat ayat (tanda) yang menunjukkan bahwasanya Allah itu Esa.
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin merupakan kalimat yang redaksinya khabari (pemberitahuan) sedangkan maknanya insya’I (menumbuhkan/memunculkan) sehingga ketika seseorang membaca hamdalah seolah-olah ia memberikan suatu pernyataan bahwa segala puji hanya bagi Allah yang memunculkan  pengertian ia memuji Allah, karena mengabarkannya seseorang tentang pujian termasuk bagian dari suatu pujian.  Alhamdulillaahirabbil’aalamiin merupakan kalimat mulia nan agung, sudah seyogyanya seorang muslim menjadikannya sebagai dzikir dalam kesahariannya dan diucapkan pada hal yang semestinya (pada tempatnya)

Syaikh Sirri As-Saqathi pernah berkata “sudah tiga puluh tahun aku melakukan istigfar kepada Allah karena  ucapan Alhamdulillah yang keluar dari mulutku” lalu beliau ditanya “bagaimana itu bisa terjadi?” beliau pun berkata “pada saat itu terjadi suatu kebakaran di Kota Bagdad, banyak sekali toko-toko yang terbakar ketika itu, lalu seseorang memberitahuku bahwa tokoku tidak terbakar, mendengar perkataan orang tersebut aku mengucapkan Alhamdulillah, yang berarti aku merasa senang karena tokoku tidak terbakar ketika orang lain tertimpa musibah, sejak saat itu aku melakukan istigfar kepada Allah atas ucapan Alhamdulillah yang keluar dari mulutku”.

2. Pasal Menjelaskan Tentang Sunnah dan Bid’ah

فَصْلٌ فِيْ بَيَانِ السُّنَّةِ وَالْبِدْعَةِ

اَلسُّنَّةُ بِالضَّمِّ وَالتَّشْدِيْدِ كَمَا قَالَ أَبُو الْبَقَاءِ فِيْ كُلِّيَّتِهِ : لُغَةً اَلطَّرِيْقَةُ وَلَوْ غَيْرَ مَرْضِيَّةٍ. وَشَرْعًا اِسْمٌ لِلطَّرِيْقَةِ الْمَرْضِيَّةِ الْمَسْلُوْكَةِ فِي الدِّيْنِ سَلَكَهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَوْ غَيْرُهُ مِمَّنْ عُلِمَ فِي الدِّيْنِ كَالصَّحَابَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ مِنْ بَعْدِيْ. وَعُرْفًا مَا وَاظَبَ عَلَيْه مُقْتَدًى نَبِيًّا كَانَ اَوْ وَلِيًّا. وَالسُّنِّيُّ مَنْسُوْبٌ اِلَى السُّنَّةِ حُذِفَ التَّاءُ لِلنِّسْبَةِ.

وَالْبِدْعَةُ كَمَا قَالَ الشَّيْخُ زَرُوْقٌ فِيْ عُدَّةِ الْمُرِيْدِ : شَرْعًا إِحْدَاثُ اَمْرٍ فِي الدِّيْنِ يُشْبِهُ اَنْ يَكُوْنَ مِنْهُ وَلَيْسَ مِنْهُ سَوَاءٌ كَانَ بِالصُّوْرَةِ اَوْ بِالْحَقِيْقَةِ. لِقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أَحْدَثَ فِيْ اَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. وَقَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :" وَكُلُّ مُحْدَثٍ بِدْعَةٌ "

وَقَدْ بَيَّنَ الْعُلَمَاءُ رَحِمَهُمُ اللهُ أَنَّ الْمَعْنَى فِي الْحَدِيْثَيْنِ الْمَذْكُوْرَيْنِ رَاجِعٌ لِتَغْيِيْرِ الْحُكْمِ بِاعْتِقَادِ مَا لَيْسَ بِقُرْبَةٍ قُرْبَةً لَا مُطْلَقِ الْإِحْدَاثِ, اِذْ قَدْ تَنَاوَلَتْهُ الشَّرِيْعَةُ بِأُصُوْلِهَا فَيَكُوْنُ رَاجِعًا اِلَيْهَا اَوْ بِفُرُوْعِهَا فَيَكُوْنُ مَقِيْسًا عَلَيْهَا.

وَقَالَ الْعَلَّامَةُ مُحَمَّدٌ وَلِيُّ الدِّيْنِ اَلشِّبْثِيْرِيُّ فِيْ شَرْحِ الْأَرْبَعِيْنَ النَّوَوِيَّةِ عَلَى قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أَحْدَثَ حَدَثًا اَوْ آوَى مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ

وَدَخَلَ فِي الْحَدِيْثِ اَلْعُقُوْدُ الْفَاسِدَةُ, وَالْحُكْمُ مَعَ الْجَهْلِ وَالْجَوْرِ وَنَحْوُ ذَلِكَ مِمَّا لَا يُوَافِقُ الشَّرْعَ. وَخَرَجَ عَنْهُ مَا لَا يَخْرُجُ عَنْ دَلِيْلِ الشَّرْعِ كَالْمَسَائِلِ الْاِجْتِهَادِيَّةِ الَّتِيْ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اَدِلَّتِهَا رَابِطٌ اِلَّا ظَنُّ الْمُجْتَهِدِ وَكِتَابَةِ الْمُصْحَفِ وَتَحْرِيْرِ الْمَذَاهِبِ وَكُتُبِ النَّحْوِ وَالْحِسَابِ .

Pengertian Sunnah

Lafadz as-Sunnah dengan dibaca dhammah sin-nya dan diiringi dengan tasydid, sebagaimana dituturkan oleh Imam al-Baqa’ dalam kitab Kulliyat-nya secara etimologi adalah thariqah (jalan), sekalipun yang tidak diridhai.

Menurut terminologi syara’ as-Sunnah merupakan thariqah (jalan) yang diridhai dalam menempuh agama sebagaimana yang telah ditempuh oleh Rasulullah Saw. atau selain beliau, yakni mereka yang memiliki otoritas sebagai panutan di dalam masalah agama seperti para sahabat Ra.

Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Saw.: “Tetaplah kalian untuk berpegang teguh pada sunnahku dan sunnahnya Khulafaur Rasyidin setelahku.”

Sedangkan menurut terminologi ‘urf adalah apa yang dipegangi secara konsisten oleh tokoh yang menjadi panutan, apakah ia sebagai nabi ataupun wali. Adapun istilah as-Sunni merupakan bentuk penisbatan dari lafadz as-Sunnah dengan membuang ta’ untuk penisbatan.

Pengertian Bid'ah

Bid’ah sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Zaruq di dalam kitab ‘Iddat al-Murid menurut terminologi syara’ adalah: “Menciptakan hal perkara baru dalam agama seolah-olah ia merupakan bagian dari urusan agama, padahal sebenarnya bukan, baik dalam tataran wacana, penggambaran maupun dalam hakikatnya.”

Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Saw.: “Barangsiapa menciptakan perkara baru didalam urusanku, padahal bukan merupakan bagian daripadanya, maka hal itu ditolak.”

Dan sabda Nabi Saw.: “Dan segala bentuk perkara yang baru adalah bid’ah.”

Para ulama rahimahullaah menjelaskan tentang esensi dari makna dua hadits tersebut di atas dikembalikan kepada perubahan suatu hukum dengan mengukuhkan sesuatu yang sebenarnya bukan merupakan ibadah tetapi diyakini sebagai konsepsi ibadah. Jadi bukanlah segala bentuk pembaharuan yang bersifat umum. Karena kadang-kadang bisa jadi perkara baru itu berlandaskan dasar-dasar syari’ah secara asal sehingga ia menjadi bagian dari syari’at itu sendiri, atau berlandaskan furu’us syari’ah sehingga ia dapat dianalogikan kepada syari’at.

Al-‘Allamah Muhammad Waliyuddin asy-Syibtsiri dalam Syarh al-Arba’in an-Nawawiyyah memberikan komentar atas sebuah hadits Nabi Saw.: “Barangsiapa membuat persoalan baru atau mengayomi seseorang yang membuat pembaharuan, maka ditimpakan kepadanya laknat Allah.”

Masuk dalam kerangka interpretasi hadits ini yaitu berbagai bentuk akad-akad fasidah, menghukumi dengan kebodohan dan ketidakadilan, dan lain-lain dari berbagai bentuk penyimpangan terhadap ketentuan syara’.

Keluar dari bingkai pemahaman terhadap hadits ini yakni segala hal yang tidak keluar dari dalil syara’ terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah ijtihadiyah dimana tidak terdapat korelasi yang tegas antara masalah-masalah tersebut dengan dalil-dalilnya kecuali sebatas persangkaan mujtahid. Dan seperti menulis Mushaf, mengintisarikan pendapat-pendapat imam madzhab, menyusun kitab nahwu dan ilmu hisab.

Pasal Menjelaskan Tentang Sunnah dan Bid’ah

قال المؤلف رحمه الله تعالى :
وَلِذَا قَسَّمَ ابْنُ عَبْدِ السَّلَامِ اَلْحَوَادِثَ اِلَى الْأَحْكَامِ الْخَمْسَةِ فَقَالَ : اَلْبِدْعَةُ فِعْلُ مَالَمْ يُعْهَدْ فِيْ عَصْرِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاجِبَةً كَتَعَلُّمِ النَّحْوِ وَغَرِيْبِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ مِمَّا يُتَوَقَّفُ فَهْمُ الشَّرِيْعَةِ عَلَيْهِ، وَمُحَرَّمَةً كَمَذْهَبِ الْقَدَرِيَّةِ وَالْجَبَرِيَّةِ وَالْمُجَسِّمَةِ، وَمَنْدُوْبَةً كَإِحْدَاثِ الرُّبُطِ وَالْمَدَارِسِ وَكُلِّ إِحْسَانٍ لَمْ يُعْهَدْ فِي الْعَصْرِ الْأَوَّلِ، وَمَكْرُوْهَةً كَزُخْرُفَةِ الْمَسَاجِدِ وَتَزْوِيْقِ الْمَصَاحِفِ، وَمُبَاحَةً كَالْمُصَافَحَةِ عَقِبَ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَالْعَصْرِ وَالتَّوَسُّعِ فِي الْمَأْكَلِ وَالْمَشْرَبِ وَالْمَلْبَسِ وَغَيْرِ ذَلِكَ .
فَإِذَا عَرَفْتَ مَا ذُكِرَ تَعْلَمُ اَنَّ مَا قِيْلَ: إِنَّهُ بِدْعَةٌ كَاتِّخَاذِ السُّبْحَةِ وَالتَّلَفُّظِ بِالنِّيَّةِ وَالتَّهْلِيْلِ عِنْدَ التَّصَدُّقِ عَنِ الْمَيِّتِ مَعَ عَدَمِ الْمَانِعِ عَنْهُ وَزِيَارَةِ الْقُبُوْرِ وَنَحْوِ ذَلِكَ لَيْسَ بِبِدْعَةٍوَإِنَّ مَا أُحْدِثَ مِنْ أَخْذِ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْأَسْوَاقِ اللَّيْلِيَّةِ وَاللَّعِبِ بِالْكُوْرَةِ وَغَيْرَ ذَلِكَ مِنْ شَرِّ الْبِدَعِ
Karena itulah Imam Ibnu Abdis Salam membagi perkara-perkara yang baru itu ke dalam hukum-hukum yang lima. Beliau berkata:
Bid’ah adalah mengerjakan sesuatu yang tidak pernah dikenal (terjadi) pada masa Rasulullah shallallahu alayhi wasallam. Bid’ah tersebut adakalanya:
1⃣ Bid’ah Wajibah: seperti mempelajari ilmu nahwu dan mempelajari lafadz-lafadz yang gharib baik yang terdapat di dalam al-Quran ataupun as-Sunnah dimana pemahaman terhadap syari’ah menjadi tertangguhkan pada sejauhmana seseorang dapat memahami maknanya.

2⃣ Bid’ah Muharramah: seperti aliran Qadariyah Jabariyah dan Mujassimah.

3⃣ Bid’ah Mandubah: seperti memperbaharui sistem pendidikan pondok pesantren dan madrasah-madrasah juga segala bentuk kebaikan yang tidak dikenal pada zaman generasi pertama Islam.

4⃣ Bid’ah Makruhah: seperti berlebih-lebihan menghiasai masjid menghiasi mushaf dan lain sebagainya.

5⃣ Bid’ah Mubahah: seperti bersalaman selesai shalat Shubuh dan Ashar membuat lebih dalam makanan dan minuman pakaian dan lain sebagainya.

Setelah kita mengetahui apa yang telah dituturkan di muka maka diketahui bahwa adanya klaim bahwa berikut ini adalah bid’ah seperti memakai tasbih melafadzkan niat membaca tahlil ketika bersedekah setelah kematian dengan catatan tidak adanya perkara yang mencegah untuk bersedekah tersebut menziarahi makam dan lain-lain maka kesemuanya bukanlah merupakan bid’ah.

Dan sesungguhnya perkara-perkara baru seperti penghasilan manusia yang diperoleh dari pasar-pasar malam bermain undian pertunjukan gulat dan lain-lain adalah termasuk seburuk-buruknya bid’ah.


Ngaji Kitab Risalah Ahlissunnah wal Jama'ah Karya Hadlratusy Syaikh Hasyim Asy'ari (hal. 9)

قال المؤلف رحمه الله تعالى:
 (فصل) في بيان تمسك أهل جاوى بمذهب أهل السنة والجماعة، وبيان ابتداء ظهور البدع وانتشارها في أرض جاوى، وبيان أنواع المبتدعين الموجودين في هذا الزمان.

🏷️ Pasal menjelaskan tentang berpegang teguhnya penduduk Jawa (Nusantara) pada madzhab Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan penjelasan tentang permulaan munculnya bid’ah dan penyebarannya di tanah Jawa (Nusantara) dan penjelasan tentang macam-macam ahli bid’ah yang ada pada zaman ini. 

 قد كان مسلموا الأقطار الجاوية في الأزمان السالفة الخالية متفقى الآراء والمذهب، متحدى المأخذ والمشرب، فكلهم في الفقه على المذهب النفيس مذهب الإمام محمد بن إدريس، وفي أصول الدين على مذهب الإمام أبي الحسن الأشعري، وفي التصوف على مذهب الإمام الغزالي والإمام أبي الحسن الشاذلي رضي الله عنهم أجمعين.

Masyarakat Muslim di pulau Jawa tempo dulu memiliki pandangan dan madzhab yang sama, memiliki satu referensi dan kecenderungan yang sama. Semuanya dalam bidang fiqih mengikuti madzhab yang baik yakni madzhabnya Imam Muhammad bin Idris Al- Syafi’i dan di dalam masalah teologi atau aqidahnya mengikuti madzhab Imam Abu Hasan al – Asy’ari dan di bidang Tasawuf mengikuti madzhab Imam al – Ghazali dan Imam Abi al –Hasan al – Syadili, Rodiallahu ‘Anhum ‘Ajma’in-

ثم إنه حدث في عام ألف وثلاثمائة وثلاثين أحزاب متنوعة، وآراء متدافعة، وأقوال متضاربة، ورجال متجاذبة. فمنهم سلفيون قائمون على ما عليه أسلافهم من التمذهب بالمذهب المعين والتمسك بالكتب المعتبرة المتداولة، ومحبة أهل البيت والأولياء والصالحين، والتبرك بهم أحياء وأمواتا، وزيارة القبور، وتلقين الميت، والصدقة عنه، واعتقاد الشفاعة ونفع الدعاء والتوسل وغير ذلك.

Kemudian pada tahun 1330 H muncul kelompok yang bermacam-macam, pendapat yang saling bertentangan, perkataan yang saling bertabrakan dan tokoh-tokoh yang saling tarik menarik. Di antara mereka adalah  salafiyyun yang berpegang teguh pada ajaran yang diajarkan oleh para pendahulu mereka yaitu:
1⃣ Menganut sebuah madzhab tertentu
2⃣ berpegang teguh pada kitab-kitab yang muktabaroh yang banyak digunakan
3⃣ mencintai ahlul bait, para wali dan orang-orang shalih
4⃣ bertabarruk dengan para wali dan orang-orang shalih, baik ketika mereka hidup maupun ketika mereka mati
6⃣ berziarah kubur, 
7⃣ mentalqin mayit
8⃣ bershodaqoh untuk mayit
9⃣ meyakini adanya syafaat dan bermanfaatnya doa, tawassul dan selain itu.

📄 CATATAN :
✔️Maksud dari Jawa dalam perkataan di atas bukan terbatas pada pulau Jawa saja tetapi seluruh Nusantara
✔️ Pernyataan di atas adalah persaksian Hadlratus Syaikh Hasyim Asy'ari bahwa umat Islam sejak Islam masuk di Nusantara adalah menganut madzhab Ahlussunnah Wal Jama’ah, baik dalam bidang Aqidah, fiqih maupun akhlak Tasawuf. 
✔️ Hadlratus Syaikh Hasyim Asy'ari menjelaskan tentang awal mula munculnya aliran-aliran dalam Islam di Nusantara. 
✔️Sebelum menyebutkan beberapa kelompok menyimpang, beliau menyebutkan kelompok yang selamat yang beliau sebut salafiyyun. 
✔️Beliau menyebutkan 9 ajaran dan karakteristik salafiyyun yang merupakan ajaran Ahlussunnah wal Jam’ah. 
⛔ Jika ada kelompok menamakan diri dengan salafi, tetapi ajarannya bertentangan dengan ajaran-ajaran salaf di sebagaimana disebutkan mbah Hasyim di atas maka sesungguhnya mereka telah berbohong dengan pengakuan mereka. Mereka adalah kelompok Talafi (perusak) bukan salafi. 

قال المؤلف رحمه الله تعالى:
ومنهم فرقة يتبعون رأي محمد عبده ورشيد رضا
"Di antara mereka adalah sebuah kelompok yang mengikuti pendapat Muhammad Abduh dan Rasyid Ridlo"

Penjelasan
🍎Muhammad Abduh dan Rasyid adalah guru dan murid yang mengaku sebagai seorang pembaharu, namun pendapat-pendapatnya banyak bertentangan dengan Islam
🍎Di antara penyimpangan Rasyid Ridlo dan M Abduh adalah:
1⃣ Mencela para ulama dan menyatakan tidak boleh taqlid pada mereka
2⃣ Menganjurkan kepada siapa saja untuk berijtihad meskipun tidak memenuhi syarat sebagai seorang mujtahid
3⃣ Menghalalkan daging babi jika sudah direbus dalam air yang sangat mendidih
4⃣ Menafsirkan malaikat dengan kekuatan alam
5⃣ Menafsirkan jin dengan bakteri dan kuman
6⃣ Mendukung teori darwin yang mengatakan asal manusia adalah kera
🍎Syekh Yusuf an Nabhani berkata:
وأما رشيد ذو المنار فإنه # اقلهم عقلا وأكثرهم شرا
"Sedangkan Rasyid penulis al Manar sesungguhnya dia orang yang paling picik akalnya dan paling banyak keburukannya"

ويأخذون من بدعة محمد بن عبد
 الوهاب النجدي
"Dan mereka mengambil ajaran dari bid'ahnya Muhammad bin Abdul Wahhab"

Penjelasan:
🍎Kelompok yang mengikuti Muhammad bin Abdul Wahhab disebut Wahhabi.
👆Mereka mengaku-ngaku sebagai salafi secara dusta, karena orang yang mereka ikuti bukan ulama salaf dan Akidah mereka bertentangan dengan Akidah ulama salaf.
⛔ Di antara kesesatan Wahhabi adalah:
1⃣ Mereka menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, mereka meyakini bahwa Allah beranggotakan badan, memiliki bentuk dan ukuran serta bertempat di atas Arsy
2⃣ Mereka memusyrikkan orang yang tawassul, tabarruk dan istughotsah dengan nabi dan wali
3⃣ Mereka memusyrikkan orang yang memakai hirz
4⃣ Mereka mengkafirkan orang yang menganut madzhab empat
5⃣ Mereka menyesatkan tashawwuf dan thoriqoh
6⃣ Mereka membid'ah sesatkan peringatan Mawlid Nabi dan Amaliah umat Islam semacamnya.
7⃣ Dan ratusan penyimpangan lainnya.

وأحمد بن تيمية وتلميذيه ابن اقيم وابن عبد الهادى

"Dan mereka juga mengambil pendapat Ibnu Taimiyah dan dua muridnya Ibnu al Qoyyim (al Jawziyah) dan Ibnu Abdul Hadi"


Catatan:
🍎 Ibnu Taimiyah adalah panutan kelompok Wahhabi selain Muhammad bin Abdul Wahhab an Najdi.
⛔️ Di antara kesesatan Ibnu Taimiyah adalah:
1⃣ Dia seorang Mujassim (meyakini bahwa Allah berupa jisim), yang beranggotakan badan, duduk di atas Arsy, setiap malam naik dan turun dengan dzatnya. 
2⃣ Dia meyakini bahwa neraka akan punah
3⃣ Dia meyakini bahwa jenis alam adalah azali (adanya tidak berpermualaan)
4⃣ Dia mengharamkan melakukan safar untuk ziarah ke makam Nabi
5⃣ Dalam fiqih dia mengatakan tholaq tiga dengan satu lafadz jatuh satu, tholaq istri yang sedang hadil tidak jatuh
6⃣ Dia mensyrikkan orang tawassul, tabarruk dan istughotsah dengan nabi dan wali
7⃣ Dia mencela tashawwuf dan thoriqoh 
8⃣ Puluhan kesesatan lainnya
✔️ Sebagian ulama mengatakan, Ibnu Taimiyah menentang ijma' sekitar dalam 60 masalah.
✔️ Sebagian ulama mengatakan, kekufuran Ibnu Taimiyah telah disepakati (mujma' alaihi) 
✔️ Sebagian ulama mengatakan, ilmunya lebih besar dari akalnya. Artinya banyak hafal masalah keagamaan tetapi tidak memahaminya. 

 فحرموا ما أجمع المسلمون على ندبه، وهو السفر لزيارة قبر رسول الله صلى الله عليه وسلم، وخالفوهم فيما ذكر وغيره. قال ابن تيمية في فتاويه: وإذا سافر لاعتقاده أنها أي زيارة قبر النبي صلى الله عليه وسلم طاعة كان ذلك محرما بإجماع المسلمين فصار التحريم من الأمور المقطوع به.
"Mereka (Wahhabi) mengharamkan sesuatu yang disepakati kesunnahannnya, yaitu melakukan safar (bepergian) untuk menziarahi kubur Rasulullah shallallahu alayhi wasallam, mereka telah menyalahi umat Islam dalam apa yang telah disebutkan dan pada selainnya. Ibnu Taimiyah berkata dalam fatawinya, Apabila seseorang melakukan safar karena meyakini bahwasanya ziarah kubur Nabi shallallahu alayhi wasallam adalah ketaatan maka hal itu diharamkan dengan ijma' umat Islam, maka pengharamanya adalah di antara perkara yang dipastikan".

Catatan:
⛔️ Pendapat Ibnu Taimiyah dan kelompok Wahhabi ini bertentangan dengan  pendapat seluruh umat Islam yang meyakini bahwa ziarah ke kubur Nabi adalah sunnah, baik dengan safar (bepergian) atau tidak. 
☝️Mereka berdalih dengan hadits:
لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى
 "Tidaklah ditekankan untuk berziarah kecuali untuk mengunjungi tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dan Masjidil Aqsha". HR al Bukhari
⛔️ Hadits ini disalah pahami oleh mereka. Karena hadits ini sebenarnya menjelaskan tentang bepergian untuk shalat, bukan bepergian secara umum. Bahwa bepergian ke tiga masjid untuk shalat di sana pahalanya akan dilipatgandakan, berbeda dengan shalat di selain tiga masjid tersebut. Karena itu tidak selayaknya jika seseorang ingin mendapatkan keutamaan pahala shalat untuk melakukan ziarah ke masjid selain pada tiga masjid di atas. 
☝️Hadits di atas telah dijelaskan oleh hadits yang lain :
لَا يَنْبَغِي لِلْمَطِيِّ أَنْ تُشَدَّ رِحَالُهُ إِلَى مَسْجِدٍ يُبْتَغَى فِيهِ الصَّلَاةُ غَيْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْمَسْجِدِ الْأَقْصَى وَمَسْجِدِي هَذَا
"Tidak sepantasnya hewan tunggangan dipaksakan bersusah-payah mendatangi satu masjid hanya untuk mendirikan shalat didalamnya kecuali ke masjidil haram, masjidil Aqsho dan masjidku ini." HR Ahmad 
☝️Karena shalat di selain tiga masjid ini tidak ada perbedaan pahala, berbeda dengan shalat di tiga masjid tersebut yang dilipatgandakan pahalanya oleh Allah ta'ala. 
✔️ Shalat di al masjid al haram pahala dilipatgandakan sampai seratus ribu lipat, shalat di al masjid an Nabawi dilipatgandakan sampai seribu kali lipat, shalat di al masjid al Aqsho dilipatgandakan sampai lima ratus kali lipat.



والله اعلم بالصواب

#PACIPNUIPPNUNGANTANG

Pelajar NU NGT

About Pelajar NU NGT

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :